Jumat, 21 Agustus 2009

AKU | Juga Manusia

Gue berusaha meyakinkan diri gue kalau ini semua bukanlah mimpi.
Gue bertanya sekali lagi kepada diri gue sendiri, apakah dia masih berada di dalam kamar gue?
Dan ternyata tidak, dia sudah tidak berada di kamar gue lagi.
karena dia sudah hilang.
Hilang dari peredaran dan hidup gue.

Dekatkanlah telingamu Kawan, Gue mau membisikkan sesuatu...
Rasanya heran jika melihat pertobatan,
Jika manusia bisa membakar dosanya yang dituliskan di sebuah kertas kecil.
Rasanya Heran jika melihat kesucian,
Jika manusia bisa mencuci dosa mereka lewat tangan menggunakan air.

Gue mencoba untuk tidak melihat dosanya dengan mata kepala gue sendiri.
Namun apa yang telah u perbuat telah mencapai batas kewajaran.
Gue benci jika melihat u menangis.
Duduk di sudut ruangan gelap itu dan menyesali semua perbuatan u.
Satu hal yang perlu u tau,
Mimpi buruk itu memang tidak pernah memiliki waktu yang tepat.

Berani sekali u berbicara seperti itu sama dia.
Dia adalah orang pertama yang bilang ke gue,
"Kalau untuk menjadi seorang teman itu tidak dibutuhkan persyaratan."
Jika dia tidak memberitahu gue,
Gue akan terus berpikir kalau dunia ini hanya hitam dan putih.

Gue takut sekali untuk menjadi diri u.
Gue takut untuk menjadi seorang yang selalu menyalahkan kesalahannya kepada orang lain.
Karena orang seperti itu di mata gue adalah orang yang menyedihkan dan lemah.
U sudah sakit, gue rasa u butuh dokter untuk memyembuhkan u.
U sudah rusak, gue rasa u butuh mekanik untuk memperbaiki u.
Membedah otak u dan memperbaiki kaca mata u.

Gue mencoba untuk tidak pernah mempertanyakan keberadaan Tuhan dalam hal ini.
Gue juga tidak pernah berpikir kalau Dia menguji gue secara tidak langsung.
Gue hanya berpikir secara rasional.
Gue bukanlah orang yang munafik melainkan realistik.
Mungkin gue masih terlalu muda untuk berpikir seperti ini.
Namun gue harus memotivasi diri gue untuk tidak menaruh segumpal harapan gue,
Ke dalam sesuatu yang memang tidak pernah ada.

Gue mengakui kalau membenci memang adalah hal yang sangat mudah.
Oleh karena itu gue selalu melakukannya.
Membenci di atas kertas hitam.
Dan berusaha secara maksimal untuk tidak menjatuhkan cinta gue ke orang yang tidak memiliki keselarasan hidup.
Rasanya memang sulit sekali untuk mengubah pandangan kita tentang apa yang kita lihat.
Apalagi di dunia ini tidak ada hal yang sama.
Namun salah satu malaikat pernah membisikkan gue kalau semua lika-liku ini merupakan suatu pembelajaran.

Gue tau gue kekanak-kanakan, tapi inilah gue.
Gue tau ini salah dan gue juga tau ini benar.
Tapi semua ini membuat gue marah, membuat gue murka.
Gue punya hak buat berpakaian yang mahal.
Gue punya hak untuk merayakan pesta yang meriah.
Gue juga punya hak buat berharap besok gue akan lebih beruntung dari hari ini.

Jika Gue bisa memberitahu u apa yang akan terjadi selanjutnya,
Gue akan membuat u semua percaya dan lupa.
Jika gue bisa terbang ke angkasa, dan berjalan di atas air,
Gue akan bawa u untuk ikut terbang dan berjalan bersama gue.

Sekarang gue mencoba untuk menjadi lebih kuat, sekuat perpisahan.
Sekarang gue mencoba menjadi teman yang hangat, sehangat musim panas.
Menunggu orang membukakan pintu rumahnya buat gue.
Menunggu turunnya salju di musim dingin.

Mungkin tulisan ini yang terbaik yang bisa gue lakukan sekarang.
Dan gue persembahkan ini kepada malaikat yang sudah mau turun buat gue.
Dan gue juga mempersembahkan ini kepada iblis yang sudah mau bernyanyi buat gue walau dengan suara yang hampir membuat telinga gue pecah.
Ingat, ini belum berakhir.
Dan akan berakhir jika gue tidak bisa bangun dari mimpi gue.
Dan tidak bisa lagi menemukan bayangan gue di rumah gue sendiri.

Hendry's

Tidak ada komentar:

Posting Komentar